Header Ads

Uniknya Masyarakat Osing Memperlakukan Batik


JavaMagazine (Banyuwangi) - Seiring berkembangnya zaman, budaya tradisional mulai terkikis. Namun, tidak semua masyarakat di Indonesia meninggalkan aset leluhurnya, salah satunya masyarakat Osing di Desa Kemiren, Banyuwangi.

Masyarakat Osing memperlakukan batik dengan sangat baik. Mereka menyimpan kain batik itu dengan memasukkan toples untuk melindungi batik dari gangguan luar.

"Seperti kerusakan yang disebabkan dari suhu, udara dan lain-lain. Dengan kedapnya udara pada toples, diharapkan memberikan dampak positif terhadap keawetan batik tersebut," kata Ketua Komunitas Batik Jawa Timur di Surabaya (KIBAS) Lintu Tulistyantoro, Jumat (6/10/2017).

Di Kemiren, setiap keluarga wajib memiliki batik. Sebab, batik bukan sekadar kain biasa. Tapi juga persyaratan lamaran yang dilakukan mempelai laki-laki kepada calon istrinya.

"Batik pemberian mempelai laki-laki nantinya akan dipakai mempelai perempuan saat mereka bersanding di pelaminan. Jadi batik itu memiliki peranan penting dalam sebuah keluarga," ujar Lintu.

Selain itu sebagai ekspresi penghargaan kepada leluhur, masyarakat Osing menampilkan batik di toplesnya pada hari raya. Pada umumnya batik yang disimpan adalah batik bernilai tinggi, terutama batik warisan dari sesepuhnya. Batik tersebut disimpan dan ditunjukkan dengan tujuan memberikan satu penghargaan kepada leluhur sebagai wujud simbol kehadirannya. 

"Masyarakat Osing ini mempercayai bahwa ketika mereka menampilkan batiknya, leluhurnya datang," ujar Seksi (Kasi) Ada dan Cagar Budaya di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi Aekanu Hariono kepada wartawan.

Sementara itu Banyuwangi memiliki beberapa motif batik seperti Totogan, Kangkung Setingkes, dan lain-lain. Motif batik yang khas dan tidak ada di tempat lain selain Banyuwangi adalah motif Gajah Oling.

"Gajah Oling ini khas Banyuwangi dan sudah dipatenkan milik Banyuwangi," ujar Aekanu.

Motif pada kain batik Gajah Oling memiliki esensi yang begitu dalam dan tiap corak memiliki makna tersendiri. Corak bunga kelapa, melambangkan manusia harus seperti kelapa semuanya memiliki manfaat. Corak bunga melati, melambangkan bunga melati yang warnanya putih dan harum jadi esensinya kita harus suci, bersih, dan tulus. Kebaikan itu akan terpancar ke luar bila dilakukan dengan tulus. 

Pada daun tilem dulu digunakan mencuci pakaian, artinya jadilah manusia yang punya nama yang baik. Sedangkan bentuk belalai gajah yang lingkarannya berlawanan dengan jarum jam artinya perputaran yang mengarah kepada ketuhanan. 

Sementara bentuk kupu-kupu kodratnya mempunyai metamorfosis, yang semula dibenci (ulat) dan kemudian berkembang menjadi indah (kupu-kupu) dan mati. Kupu yang mati ini telah memberikan manfaat seperti penyerbukan. Proses metamorfosis pada kupu-kupu ini melambangkan proses manusia yang semakin hari semakin baik. 

"Selain itu kata Oling (sejenis belut) biramanya seperti Iling jadi kita harus ingat sama yang di Atas (Tuhan)," tandas Aekanu.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.