Header Ads

Kesaksian Pembelot: Pemandu Sorak Korea Utara Dijadikan Budak Seks


JavaMagazine ( Seoul ) - Salah satu daya tarik pada Olimpiade Musim Dingin di Korea Selatan, adalah para cheerleader atau pemandu sorak Korea Utara. Berbaju merah dengan rok pendek, para perempuan itu tak lelah-lelahnya tersenyum.

Namun, di balik senyum yang menawan, para pemandu sorak Korea Utara itu menyimpan kisah tersendiri. Menurut seorang pembelot Korut, para gadis cheerleader ternyata dijadikan budak seks oleh para politisi tingkat tinggi.

Pembelot itu bernama Lee So-yeon. Dahulu dia adalah musisi militer Korea Utara sebelum membelot ke Korea Selatan pada 2008. Dikutip dari The Independent, pada Minggu (25/2/2018), perempuan 42 tahun itu mengatakan, para penari dan penyanyi dipaksa menari striptease dan memberikan layanan seksual setiap hari bagi para pejabat elite di Politburo.

Pejabat elite di politburo meliputi pemimpin rezim, Kim Jong-un dan Presiden Kim Yong-nam. Meski tak dijelaskan apakah keduanya juga 'menikmati' layanan seksual para perempuan pemandu sorak Korea Utara itu.

Image result for Lee So-yeon
Lee So-yeon
"Korea Utara membawa segerombolan seninya dan tampil dengan tarian serta lagu. Mereka tak hanya menampilkan propaganda Kim Jong-un, tapi mereka adalah perempuan-perempuan yang memeriahkan pesta serta menyediakan tubuhnya untuk layanan seks," kata Lee.

"Pesta diadakan setiap hari untuk Politburo Pusat. Dan bahkan jika mereka (cheerleader) tidak menginginkannya, mereka harus melayani dengan tubuh mereka, seperti pelanggaran hak asasi manusia."

"Para wanita di sana, saat mereka hadir, mereka harus menanggalkan pakaian. Mereka diminta menanggalkan pakaian seperti benda. Itulah rasa sakit fisik yang harus mereka alami," ucap Lee.

Klaim soal budak seks pemandu sorak Korea Utara itu dikatakan pembelot berdasarkan insiden yang mungkin terjadi beberapa tahun lalu.

Klaim sejenis juga datang dari pembelot lainnya, Kim Hyung-soo. Kim, mengatakan bahwa para atlet yang ikut olimpiade musim dingin juga budak.

Kim yang berusia 54 tahun memelot ke Korea Selatan tahun 2009 bersama anaknya, seorang atlet ski.

"Dalam satu kata, atlet adalah budak olahraga Kim Jong-un. Bahkan pelatihnya adalah budak Kim Jong-un, dan rezim Korea Utara," katanya.

"Karena di Korea Utara, Kim Jong-un dan rezimnya adalah penguasa. Para atlet dan cheerleader adalah budak Kim Jong-un dan Korea Utara," terangnya.

"Mereka memilih orang-orang yang tidak mungkin cacat, dan orang-orang dengan latar belakang yang setia. Faktor ini sangat penting sejak tahap awal. "

Tim pemandu sorak telah digambarkan sebagai "tentara kecantikan" oleh Han Seo-hee, mantan anggota kelompok tersebut.

Dia mengatakan kepada BBC bagaimana para wanita dipilih sendiri untuk penampilan bagus mereka dan dipaksa melakukan pelatihan ideologis tiga bulan untuk memastikan kesetiaan mereka terhadap rezim tersebut.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.